Jumat, 25 Maret 2011

KELAS XI IPA SENI BUDAYA


karya seni rupa merupakan keseluruhan unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah
struktur atau komposisi yang bermakna. Unsur-unsur rupa tersebut bukan sekedar
kumpulan atau akumulasi bagian-bagian yang tidak bermakna, akan tetapi dibuat sesuai
dengan prinsip tertentu. Makna bentuk karya seni rupa tidak ditentukan oleh banyak atau
sedikitnya unsur-unsur yang membentuknya, tetapi dari sifat struktur itu sendiri. Dengan
kata lain kualitas keseluruhan sebuah karya seni lebih penting dari jumlah bagian-
bagiannya.


Karya seni rupa dapat dibagi menjadi dua yaitu: karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Karya seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang hanya memiliki dimensi panjang dan lebar atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja. Contohnya, seni lukis, seni grafis, seni ilustrasi, relief dan sebagainya. Karya seni rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang memiliki volume dan menempati ruang. Contoh : seni patung, seni kriya, seni keramik, seni arsitektur dan berbagai desain produk.
Seni Rupa jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni
murni (fine art) dan seni pakai / terapan (applied art). Seni murni adalah karya seni rupa
yang dibuat semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik. Orang mencipta karya seni
murni umumnya berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan cita rasa estetik.
Kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan. Yang tergolong dalam seni
murni yaitu: seni lukis, seni patung, seni grafis dan sebagian seni kerajinan.
Seni Terapan atau seni pakai (applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan praktis. Contoh seni terapan yaitu:arsitektur, poster, keramik, baju,
sepatu, dan lain-lain. Dalam pembuatan seni pakai biasanya faktor kegunaan lebih
diutamakan daripada faktor keindahan atau artistiknya. Membuat karya seni terapan
tampak lebih sulit dibandingkan karya seni murni. Hal itu mungkin karena membuat
karya seni murni terasa lebih bebas dibanding membuat karya seni terapan karena tidak
memperhitungkan fungsi. Akan tetapi sering pula terjadi sebaliknya, melukis bisa lebih
sulit daripada membuat rumah tinggal.
B. Fungsi dan Tujuan Seni Rupa
Sebagai unsur budaya, seni hadir atau diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia
baik lahir maupun batin. Sebuah unsur budaya akan tetap terpelihara keberadaannya jika
unsur budaya tersebut masih berfungsi dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan sehari-
hari kita dapat merasakan betapa kita sangat membutuhkan sarana berekspresi dalam
menikmati keindahan bentuk.
Berdasarkan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan manusia, seni dipilah menjadi
beberapa kelompok.
1. Fungsi Individual
Manusia terdiri dari unsur fisik dan psikis. Salah satu unsur psikis adalah emosi. Maka
fungsi individual ini dibagi menjadi fungsi fisik dan fungsi emosi.
a. Fisik
Fungsi ini banyak dipenuhi melalui seni pakai yang berhubungan dengan fisik, seperti;
busana, perabot, rumah alat transportasi dan sebagainya.
b. Emosional
Fungsi ini dipenuhi melalui seni murni, baik dari senimannya maupun dari pengamat atau
konsumennya. Contoh: lukisan, patung, film dan sebagainya.
2. Fungsi Sosial
Fungsi sosial artinya dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kepentingan orang banyak
dalam waktu relative bersamaan. Fungsi ini dikelompokkan dalam beberapa bidang.
a. Rekreasi / hiburan
Seni dapat digunakan sebagai sarana untuk melepas kejenuhan atau mengurangi
kesedihan. Contoh: film, komedi, tempat rekreasi dan sebagainya.
b. Komunikasi
Seni dapat digunakan untuk mengkomunikan sesuatu seperti pesan, kritik, kebijakan,
gagasan, dan produk kepada orang banyak. Contoh: iklan, poster, spanduk, dan lain-lain.
c. Edukasi / Pendidikan
Pendidikan juga memanfaatkan seni sebagai sarana penunjangnya, contoh; gambar
ilustrasi pada buku pelajaran, poster ilmiah, foto dan sebagainya.
d. Religi / Keagamaan
Karya seni dapat dijadikan ciri atau pesan keagamaan. Contohnya; kaligrafi, arsitektur
tempat ibadah, busana keagamaan dan sebagainya.
C. Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
1. Seni Bangun / Arsitektur
Seni bangun merupakan salah satu hasil budaya masyarakat. Masyarakat Nusantara
membuat bangunan dalam berbagai fungsi, yaitu tempat tinggal, lumbung padi, dan
tempat beribadah. Di Jawa Tengah terdapat rumah Joglo yang berfungsi sebagai tempat
tinggal dan sekaligus menjadi ciri khas budaya masyarakatnya. Demikian pula dengan
masjid Demak yang struktur bangunannya sangat dekat dengan struktur rumah joglo.
2. Pakian Adat
Pengaruh budaya setempat juga sangat terlihat pada pakaian adat. Pada masa sekarang
busana adat Jawa Tengah sering kita lihat pada upacara-upacara perkawinan Di Jawa
Tengah pakaian adat menjadi pakaian resmi yang terpengaruh dari kalangan istana yang
biasa digunakan untuk upacara kerajaaan atau upacara-upacara Keraton. Misalnya pada
busana kenegaraan abdi dalem yang mengiringi kereta kuda Sultan Yogyakarta dan
Surakarta dalam iring-iringan upacara. Busana tersebut berupa kaos kaki sutera, sepatu,
gesper, dan jas beludru yang dihiasi dengan jalinan berpita emas. Busana adat Jawa
Tengah mendapat pengaruh dari Eropa pada era Kolonial Belanda.
3. Wayang
Pertunjukan wayang di Indonesia bukan saja sebuah kesenian, melainkan juga sumber
nilai. Wayang dalam perkembangannya sebagai sumber nilai, menyerap berbagai ajaran
tentang penghormatan kepada alam, nenek moyang dan para dewa-dewi. Penghormatan
itu dilakukan oleh manusia sebagai keinginan dasar untuk berhubungan dengan kekuatan
adikodrati (supranatural), kepemimpinan dan kepahlawanan.Selain itu penghormatan
semacam itu dilakukan sebagai bentuk hubungan manusia dengan Tuhan, dan juga
hubungan manusia dengan manusia lain. Kesenian wayang umumnya memuat ajaran
keagamaan dan kehidupan. Wayang selalu berubah dan menyesuaikan diri dengan
konteks keagamaan dan zamannya. Pada masa penyebaran agama Hindu-Budha dan juga
Islam dan Kristen, kesenian wayang selalu dimanfaatkan sebagai media yang popular dan
efektif untuk dakwah keagamaan.
Meskipun sudah berkembang sejak masa Hindu-Buddha, kesenian wayang di Jawa
mendapat sentuhan kreatif pada masa Islam. Sentuhan itu bukan saja terlihat dalam
bentuknya melainkan juga pada tema-temanya. Meskipun begitu, wayang tetap
mengandung pakem-pakem cerita utama, seperti Ramayana dan Mahabarata. Kesenian
wayang di Jawa menjadi alas dakwah dan pendidikan paling efektif dan telah diterima
masyarakat sehingga tetap hidup dalam berbagai bentuk perkembangannya sampai
sekarang. Dari kesenian wayang yang bernafaskan Islam tersebut lahirlah sejumlah jenis
wayang antara lain Wayang Kulit, Wayang Beber, Wayang Kayu, Wayang Krucil,
Wayang Golek, bahkan Wayang Suket.
4. Perabot dan Benda Rumah Tangga
Perabot rumah tangga di Indonesia khususnya di Jawa banyak dipengaruhi gaya Eropa
dan muncul pertama kali di kalangan istana. Perabot rumah tangga mulai digunakan di
kalangan istana karena pada masa itu Sultan tidak dapat menerima perbedaan yang
kontras antara dirinya dengan orang-orang Eropa. Orang Eropa duduk di tempat yang
tinggi, seperti kursi atau sofa sedangkan dirinya duduk di lantai atau tikar. Akhirnya
Sultanpun mulai menggunakan kursi, terutama di tempat kegiatan, serta saat Sultan dan
pegawai belanda muncul bersamaan. Perabot rumah tangga asli didatangkan kalangan
istana dan orang-orang Eropa serta dipakai sebagai lambang kebesaran. Pola-pola hiasnya
kemudian ditiru oleh para perajin lokal. Hingga sekarang rumah-rumah dan perabotan
orang Indonesia banyak mengandung unsur arsitektur yang mencerminkan kebesaran
pemerintah Belanda.
Selain kursi, perabot rumah tangga yang lain banyak juga yang disertai hiasan dengan
motif gaya Eropa.
5. Batik
Seperti halnya kesenian wayang, batik telah menjadi bagian dari kekayaan seni rupa
tradisional di Nusantara, jauh sebelum masuknya Islam. Mitos awal tentang batik sudah
ada sejak sekitar taun 700 Masehi. Mitos tersebut bercerita tentang istri Pangeran
Jenggala, Lembu Ami Luhur. Dia seorang putrid dari Coromandel. Ia mengajari orang
Jawa menenun, membatik dan mewarnai kain. Sejak itu kain batik dengan berbagai motif
tertentu menjadi bagian dari identitas busana dan budaya raja, permaisuri dan keluarga
istana pada masa kerajaan Hindu. Namun catatan tertulis tentang batik baru muncul pada
tahun 1518, di wilayah Galuh di wilayah Barat laut Jawa.
Pada masa Islam batik terus berkembang, terutama dalam kekayaan motif dan arti
perlambangannya. Pada masa Islam motif animisme dan Hinduisme yang muncul pada
masa kerajaan Hindu diperkaya dengan motif Kaligrafi Arab, Masjid, Kakbah dan
permadani. Di samping itu motif Cina sangat kental pada motif batik. Dalam sebuah
cerita disebutkan bahwa Sultan Agung, Raja Islam pertam Mataram (1613-1645)
memakai batik dengan motif burung Huk. Dalam mitologi Cina, burung Huk
melambangkan keberuntungan.
Pada masa Islam dan masa sebelumnya, tradisi batik memang cenderung menjadi bagian
dari tradisi istana. Namun dalam perkembangannya, ketika nilai-nilai keistanaan
meluntur, nilai-nilai batik menjadi memasyarakat. Batikpun dibuat dan dipakai oleh
banyak kalangan. Hasanuddin dalam bukunya yang berjudul Batik Pesisiran
menyebutkan bahwa kegiatan membatik didasarkan pada lima motivasi dasar, yaitu:
a. Membatik sebagai kegiatan sambilan wong cilik
b. Kegiatan membatik sebagai komoditas.
c. Membatik sebagai tradisi kalangan bangsawan.
d. Kegiatan membatik sebagau usaha dagang orang Cina dan Indo-Belanda yang ragam
hias dan fungsinya diperuntukan bagi kalangan terbatas.
e. Membatik sebagai kebutuhan seni atau desain dengan konsep kontemporer.
6. Ragam Hias / Pola Wastra
Pada abad ke 18 dan 19, perdagangan batik di Indonesia berkembang pesat. Oleh karena kepesatan tersebut mulailah orang-orang Cina terjun sebagai pedagang batik dalam skala kecil maupun besar. Selain terjun sebagai pengusaha, orang-orang Cina mulai merintis dan membuka peruahaan batik sendiri. Para pekerjanya adalah warga pribumi dengan disiplin kerja yang ketat. Oleh sebab itu mutu batiknya cukup baik
Batik produksi pengusaha Cina cenderung menggunakan warna terang dan beraneka
ragam. Pewarna yang digunakan adalah indigosol yang cukup tahan gosokan dan sinar
matahari. Ragam hias yang batik yang paling popular adalah burung funiks yang berekor
panjang, meander dan swastika. Ragam hias model ini banyak dipakai pada selendang
lokcan berbahan sutera.
Perkembangan ragam hias batik Cina dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan selera
konsumen. Di daerah Lasem misalnya, ragam hias batik Cina lebih rumit dan datar.
Warna yang digunakan antara lain merah, biru, ungu, kuning, dan cokelat. Dalam proses
perkembangannya susunan corak, ragam hias, dan warna batik Cina dan pribumi saling
mempengaruhi dan melengkapi. Batik yang dibuat di daerah Pantai Utara Laut Jawa
menggunakan corak terang, serta memadukan lukisan burung dan bunga. Hal itu jelas
menandakan adanya pengaruh Cina. Batik Cirebon juga dikenal karena penggunaan pola
ragam hias Cina, yaitu awan dan batu. Pengaruh Cina juga terdapat pada sarung songket
yang berbenang emas dari Bali dan Sumatera serta kain perada Bali.
(sumber.mazgun.wordpress.com)
.

KEUNIKAN GAGASAN DAN TEKNIK
DALAM KARYA SENI TERAPAN DAERAH SETEMPAT
A. Karakteristik Seni Rupa dan Cabang-cabangnya
Seni Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni yang bentuknya
terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis, bidang, bentuk, tekstur, ruang dan warna.
Unsur-unsur rupa tersebut tersusun menjadi satu dalam sebuah pola tertentu. Bentuk

0 komentar:

Posting Komentar

L a b e l s

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani